ZIKIR KERAMAT DARI KITAB AL BARZANZI
SAMBAS. Kitab Barzanji di negeri Sambas digunakan dalam sebuah acara sacral. Kitab ini dibaca dalam acara-acara tertentu yang merupakan acara budaya Melayu Sambas. Melayu di sini adalah merupakan penduduk yang dominannya beragama Islam. Hal ini karena kebiasaan orang tua-tua bila berbicara melayu pasti mereka yang beragama Islam.
Membahas kitab Barzanji ini, Neaki nak bekesah bahwa di negeri Sambas dulunya yang kental akan agama Islam, sering membaca kitab ini dalam acara yang berhubungan dengan acara syukuran. Syukuran ini ditandai dengan adanya pembacaan isi kitab Barzanji. Isi kitab ini terkandung sebuah selawat nabi, Riwayat, do’a, dan pujian-pujian akan kebesaran yang maha kuasa. Ungkapan rasa syukur itu berupa acara:
1. Syukuran kelahiran bayi, yang mana acara ini dinamakan Aqiqah atau di Sambas di sebut dengan acara “gunting Rambut”.
2. Syukuran dalam pesta pernikahan anak atau pihak kelurga.
3. Syukuran Khitanan anak baik laki-laki atau perempuan
4. Syukuran pindah rumah dll
Kamis, (30/9/2022).
Membahas kitab Barzanji, bahwa kitab ini dikarang oleh seorang Sufi bernama Syaikh Ja’far bin Husin bin Abdul Karim bin Muhammad bin Sayyid Rosul bin Abdul Sayid bin Abdul Rosul bin Qalandar bin Abdul Sayid bin Isa bin Husein bin Bayazid bin Abdul Karim bin Isa bin Ali bin Yusuf bin Mansur bin Abdul Aziz bin Abdullah bin Ismail bin Al Imam Musa Al Kazim bin Al Imam Ja’far As Sodiq bin Al Imam Muhammad Al Bagir bin Al Imam Zainal Abidin bin Al Imam Husain bin Sayyidina Ali r.a . Beliau merupakan pengarang kitab Maulid yang masyur. Di Sambas acara maulid juga sering dibacakan kitab ini dalam acara yang di adakan di pelosok kampong-kampung. Dahulunya acara Maulud atau maulid sangat meriah. Bahakan dalam acara itu panitia yang mengadakan menyediakan hadiah bagi pemenang pembacaan Kitab ini dengan keindahan nada dan senandungnya. Acra ini sering diiringi dengan Rebana, tamborin, Rumba, dan Tahar(Sambas: gendang kecil dengan tambahan gemericing dari tudung botol kaca).
Kitab Barzanji itu sering di sebut juga kitab Mawlid Al Barzanji. Kitab ini sebenarnya berjudul Iqd Al Jawahir ( kalung permata) atau Iqd Al Jawhar Fi Mawlid An Nabbiyil Azhar. Dan Al Barzanji itu adalah sebuah nama desa atau tempat di Kurdistan, Barzanji Irak.
Kitab ini mengandung Khulasah(ringkasan) Sirah Nabawiyah yang merupakan kisah kelahiran nabi Muhammad SAW, pengangkatan sebagai Rosul, , hijrah sang nabi, Akhlak, peperangan, sahabatnya, dan hingga wafatnya Nabi Muhammada SAW.
Di negeri Sambas sendiri pembacaan kitab ini sudah langka. Pemuda-pemuda yang kurang memahami isi kandungan kitab ini kurang tertarik. Para pembaca kitab ini adalah dari kalangan tua dan tokoh masyarakat saja. Pada prakteknya sebuah acara pernikahan saja yang terlihat adalah para sepuh saja yang mahir membaca Assalay, Asrokol dan Rawi. Sebuah acara syukuran tuan rumah dalam menjamu tamunya. Ini adalah sebuah majlis Ilmuyang mana dalam acara ini tuan rumah bersedekah makanan dan mengundang tokoh agama untuk memberikan informasi akan acara tersebut. Misalnya anaknya disaksikan ke handai taulan dan kerabat serta tokoh masyarakat bahwa mereka sudah resmi menikah, mereka memberikan informasi budaya khitanban, khotaman Qur’an, Ceramah agama, Informasi seputar pemerintahan dan mereka menutup majlis ilmu ini dengan do’a mendoakan serta berslaman dan saling meminta maaf. Semua kegitan ini berhubungan dengan hal positif dalam acara yang berhubungan dengan pembacaan kitab Barzanji ini.
Orang Sambas sering mengundang para tetangga dan sanak keluarga dengan iklas. Acara itu di Sambas di sebut acara Saroan. Acara itu biasa di rumah atau di sebuah Taruf( Sambas: Tenda yang terbuat dari kayu dan di atapi terpal atau atap). Saroan ini jika kita sebut yaitu Undangan atau seruan untuk menghadiri suatu acara.
isi Kitab
Aqiqah Bayi dan syukuran di Kabupaten Sambas
Kegiatan ini adalah sebuah cara melayu Sambas untuk mengingat sang Pencipta yaitu Zikrullah atau mengingat Allah dengan berbagai cara, salah satunya melalui kegiatan budaya bernuansa Islam. Yang mana budaya dan adat itu bersendikan Syara’ dan Syara’ itu bersendikan Kitabullah.
” Mane yang baik kita ambil mana yang salah mari kita perbaiki.’
“Kiranya sampai di sini Neaki bekesah i!”
“Kalua ada kaca yang pecah
Jangan disimpan di dalam peti
Kalau ada kata-kata Neaki yang salah
Jangan dimasukkan ke dalam hati.”
GUNTUR, S.Pd.SD
Komentar
Posting Komentar