RAJE’ KEMPONAN
Dah lamak Neaki daan beceritte’ barang jak lamak perase’ rase dak nyaman, mate’ rase’ pappatan, bejalan dah macam oyong, dan malar kerakkoan badan. Tapi malar Cuccok-cuccok tak Cerite’kan kesah-kesah gek’ marek.
Jadi Neaki cobe’ kesahkan cerite Jaman gek’ dolok. Yang lalu rase’nye suah Neaki ceritte’ tentang Raje’ Kalimantan, tapi kinnitok Ade kesah yang dicerittekan leh datok Neaki gek dolok.
Ceritte’ ittok dari Pak Ussu Neaki, die dapat ceritte’ dari nek uwan, nek Uwwan ye’ dapat dari datok, datok ye’ dapat dari Moyang/Eyang, Eyang ye’ dapat dari Nek Ancit/Nek Cicit, Nek Cicit dapat dari…. Buyut dan sampai ke atas.
Kesah itok dak tau asal muasalnye’ entah berantah. Tapi kita beri kisah, tempat, dan settingnye.
“Alkisah…. Tersebutlah seorang Raje’ yang amat sangat kejam nan Kuat. Pandai akalnye’, dan kuat tenagenye’. Kaye orangnye’ namun tidak ganteng dirinya. Maseh ganteng ke Neaki tok e’.
Dikisahkan bahwa Raje’ tersebut memang kaya raya, dan kuat. Kuat akalnya atau cerdik berpolitik, dan kuat tenaganya atau banyak orang suruhannya. Dulu algojonya.
Raja itu suka sekali memeras harta dan benda rakyatnya. Tidak pandang bulu pokoknya setahun harus membayar atau memberikan hasil panen atau pajaknya.
Raja ini mempunyai bawahan berupa Datok Petinggi yang dipilih dari berbagai kampung. Petinggi ini menguasai suatu kampung atau kinnitok pak Kampong lah name’nye’.
Jika Raje hendak meminta, harus dilaksanakan. Datok Petinggi yang berkuasa di Desa itu harus menurunkan perintah juga kepada anak buahnya. “Pokoknya zolim amat gitu lho”.
Di Desa yang mat terpencil hiduplah seorang Emak-emak separuh baya sekitar 50 tahun umurnya. Ia mempunyai anak laki-laki yang amat ganteng, pintar, berakal, dan patuh pada orang tuanya.” Seperti Neaki yo.. ganteng dan rajin menabung” he..he.
Terjadilah huru-hara negeri. Rakyat menderita dan semakin menderita karena selalu dipaksa untuk mengirimkan upeti berupa hasil panen. Padi, jagung, ikan, kambing, dan sapi diangkut paksa jika tidak segera diantar ke istana.
Apalagi pedagang asongan dengan menu terenak seantero negeri, harus di setor dan dihidangkan ke istana Raja Yang Amat Tidak Ganteng itu.
Suatu ketika Eamak paruh baya kita panggil saja Eamak Kattah, dan anaknya Bujang Nyeroco. Emak Kattah ini amat halus budi pekertinya, alim dan amat pendiam, juga pandai memasak. Sedang anaknya Bujang Nyeroco suka bertanya-tanya atau berkata-kata, pandai dan berakal orangnya.
Singakat cerita, waktu itu terjadi paceklik, panas melanda daerah atau negeri itu. Panen tidak banyak yang disetor ke hadapan Raja yang kurang ganteng. Setiap Datok Petinggi dititahkan untuk menyuruh anak buahnya berkeliling kampung mencari barang apa yang dapat dibawa ke istana, baik barang, Binatang atau benda, bahkan manusianya.
Namun tiada yang berhasil membawa sesuatu yang dapat dimanfaatkan.
Begitu juga harta dan benda Mak Kattah, ludes sudah dipondok deritanya. Hanya benda pusaka berupa besi tua ditempat rahasia.
Berjalanlah raja ke Kampung dalam rangka Kunjungan kerja dan berburu. I ahaus dan lapar. Benda-benda tiada didapatnya, buruan pun tiada terkena anak panah. Dengan amat marah dan kecewa ia duduk di tepi telaga Kabak’( Telaga sudah penuh lumut dan airnya kotor). Ia membasuh mukanya hingga mukanya hijau berlumut. Semua tertawa namun tertahan. Ia berwajah masam dan garang dengan perut lapar.
Dalam perjalanan pulang, ia melewati rumah Mak Kattah Tengah memasak mie beras tumbuk. Mun nye Urang Selakau ye’ Mie Asin Nek Wan”. Amat wangi aduhai sekali, mie beras asin dengan bumbu rahasia. Padhkan lah rasianya. Yaitu bawang goreng teconet siggek’ 7 siung, bawang putteh kambar 7, layyak 7 ruas, ketumbar 17 iggek’, lade ittam 7 iggek, das manis 17 iggek’, bunge lawang 7 iggek, kapu lage’ 7 iggek’, daun siledri 7 batang pun yang teconcong, pale’ pas siggek alias satu. Minyak kelapa tanpa taek lellak satu sandok, daun limau purut 7 lambar, dan penyedapnye dari belacan merah udang nyarok gantong. Semua bahan setelahg di tumbok dionseng dan masukkan air hingga mendidih lalu masukkan mie beras. Uh… dak Nampak batang hidong Raje iye makannya.
Mak Kattah sedih karena makanannya habis di lahap Raje’. Anaknye Bujang Nyeroco dari Kabbon pun kecewa dan kelaparan.
Karena benda dan barangnya semua dirampas, ia menggerutu marah. Kalu Bahasa sambas ngerepek. Ia melamun namun berpikir mencari ide.
“mak ade ke keluarge kitte yang jagu ke? Atau orang kuat?” tanya Bujang Nyeroco.
“Sak uddek’ orang kuat orang pintar pun ade, pejabat ade, duane, Petinggi, sahbandar. Tapi semunye’ kan dibawh kuase Raje nong. Jawab Umaknye’.
“ Mun gayye pinjamkan saye karris mak, nak nyarrang raje’.
“usah karris nong, Badik terbang dari mendiang ayahmu, Codek dari neaki sebelah ayahmu, Kujang ammas dari nek uwanmu sebelah ayahmu pun ade. Ballah Umak pun banyak, Mandau terbang 7 bassi kuning, Sundang Neakimu, ayah umak, Karris Taring Harimau dari uwanmu sebelah umak ade.Tapi jak kau jak Raje’ juak.
“Raje ape be’ Mak?” Raje makan kalli. He..he.
Dalam dirimu ade Raje sejati, yaitu Qalbi, hati yang tersembunyi. Ia memerintahkan niat dan segalanya. Otakmu itu kunci perang, panglime perang, mangkubuminya tubuh. Semuanye sambung menyambung kepade Sang Khalik”. Kata Emaknya dengan serius.
“O…Gayye’ ke’ dek e’?. mun gayye Faham-faham.
Keesokan harinya Bujang Nyeroco minta dibuatkan Emaknya minuman yang menyegarkan dari hasil kebunnya berupa kelapa muda dan Asam Bacang. Emaknya pun membuatkan Minuman berupa kelapa muda, Asam bacang iris, dan dicampur santan dan gula merah.
Hari begitu panas dan sangat menyengat. Ia meminumnya sedikit-demi sedikit.
Di istana yang jauh dari tempat itu,Raja Tengah kehausan kepengen makan sesuatu yang enak. Maka diperintahkan orang suruhannya beserta petinggi mencari sesuatu yang enak itu.
Datanglah pengawal dengan datok petinggi menemui Bujang Nyeroco Tengah duduk-duduk di pondok peranginannya di Tengah hutan Akasia. Sambil menenguk minuman segar itu ia bergaya seolah-olah nikmat benar minuman itu seperti laksamana mengamuk keenakan makan.
Pasukan yang datang meminta makanan itu. Namun bujang Nyeroco mengatakan.
“kalua Minuman ini dibawa jauh berjalan maka ia akan basi atau dak nayam, maka Raje’ yang harus makan di pondok Raja Kayangan ini” sahutnya.
Maka rombongan secepatnya menjemput raja dengan kereta kuda yang berlari secepat angin merbabu.
Bujang Nyerocco dengan lahapnya dan secepatnya menghabiskan makanan segar itu.
Raja yang datang dengan pasukannya mendapati tempat itu telahpun sepi, makanan yang dicarinya tiada tersisa, hanya bau yang mat enak terasa. Ia pulang dengan kecewa.
Raja mengamuk dan setiap orang yang tertawa atau tidak senyum di jalan, ia bunuh. Ada hewan ia tebas dengan pedangnya. Tanaman liar menghalangi ia potong. Kereta kuda ia angkat dan ia lempar. Saking kuatnya.
Tiga hari berselang, Bujang Nyeroco mendapatkan ide. Ia memanen ubi sekitar tiga batang. Ia memarutnya dan memarut kelapa. Gula merah ia masak. Ibunya membuat bulatan -bulatan ubi, dan merebusnya seperti bakso. Kemudian ia tiriskan dan memasak kelapa setengah tua( Sambas: Kelapa telinge’ kambing) dengan gula kelapa atau gula merah. Lalu mencampurkannya hingga bercampur kental. Puteri mandi katanya.
Ia lalu membawanya ke pondok peranginannya di Tengah hutan. Sambil menikmati dengan gaya enaknya sedikit demi sedikit meleleh air liur petinggi yang lewat. Namun ia tak berani mw makan tanpa seizin Raja. Diam-diam ia memacu kudanya dan mengabarkan hal itu. Raja pundatang dengan pasukannya. Dari kaejauhan aroma daun pandan, snatan, gula merah, dan rasa kue- mue tercium enak sekali. Namun yang didapati pondok sepi hanya tersisa daun pandan dengan sedikit ketupang kelapa merah. Ia geram dan marah lalu merobohkan pondok peranginan itu, rata seperti habis gempa bumi dan sunami.
Raja kelaparan. Ia menyuruh pelayan istana membuat masakan terenak. Namun tiada yang serupa dengan aroma, dan rasa yang ia cari.
Maka ia menitahkan petinggi-petinggi segenap negeri mengintai tempat dan daerah kalua-kalu ada masakan atau minuman yang seenak yang pernah ia cium. Bayangan dipikirannya telah merasukinya. Aroma maskan dan minuman, kue mue terngiang dipikirannya. Tubuhnya kurus karena taidak selera makan.
Hampir sebulan Sang Raja melamun dan mengidam-idamkan makanan enak.
Namun Bujang Nyeroco berulah lagi. Dari kebunnya ia membawa midding dengan tebu hitam.
“Mak, mak, midding sekabbat naang dengan tabbu 2 batang. Buat ape’ lah Mak?” tanya Bujang Nyeroco dengan ibunya.
“Ou, ade sikkit beras nong, kite buat Bubur Ambo jak’, tabbu Itam kite buat minuman. Gilling dah tabbu ye”.
Mereka pun membuat Bubur Ambo dengan aneka macam bummbu wangi, dicampur gorengan udang nyarok goreng has Selakau, dan penyedap rasa tidak ketinggalan belacan bakar onseng dari muare Kuale, dari minyak kelapa gunung selindong, dan beras Siam mangat dari Hulu Sungai Balai Pinang.
Setelah masakan dan minuman tersedia, Bujang Nyeroco membagi makanan dan minuman itu. Ia mengajak Emaknye makan di pondok peranginannya yang baru. Ia membuatnya tidak jauh dari tempat semula. Sungguh menggugah selera Bubur ambok dengan udang Nyarok goreng, cabe’, limau calong, kecap asin, dan kecam manis. Tak ketinggalan air tebu hiitam selasih yang aduhai menggugah selera mendinginkan tenggorrokan. Yang meminumnya seakan-akan seperti berada di kolam dingin adem kolam di Tengah bebatuan hujan hutan tropis, dengan air terjun yang menyejukkan. Aduhai.
Hal kejadian ini telah lama diintai oleh mata-mata Raja Yang Kurang Ganteng. Dan bahkan Raja dan pasukannya yang Tengah berburu kijang Mata biru sedang ada di sekitar hutan itu. Raja yang mencium aroma masakan Bubur Ambo khas itu, meleleh air liurnya. Rasa lapar perutnya berbunyi nyaring. Ia berlari kencang kesana-kemari seperti orang kesurupan, karena sudah beberapa kali belum menemukan masakan yang ia idam-idamkan.
Namun setelah tiba di tempat atau pondok peranginan lagi-lagi Bubur Ambo yang aromanya selangit habis dilahap Bujang Nyeroco dan Mak Kattah. Apalagi Air tebu hitam selasih setetes pun tiada. Hanya tinggal aroma dan rasa enak sekitar pondok.
Raja lagi-lagi kesal. Ia merobohkan pondok itu. Memukul apa yang ada di sekitar. Jiwa perkasanya ia tampakkan. Namun karena lapar yang amat sangat ia tidak mampu mencabut bambu aur di sekitarnya. Tangannya tertusuk pecahan bambu aur dan sembilu di sekitarnya. Kini Raja yang kuat perkasa dan kurang Ganteng itu tewas mengenaskan karena Kemponan Masakan Enak.
Pohon kedondong di dalam hutan
Banyak dimakan kera si Kantan
Jangan sombong dengan kekuatan
Kekuatan itu hanya titipan
Pohon taraf dililit rotan
Terbelah batangnya bertaburan
Mohon maaf Neaki ucapkan
Kesah ini hanya hiburan
Di rumah Pak Taufit membelah nifah
Talam dibuat di waktu subuh
Wabillahhi taufit wal hidayah
Assalamu’alikum warohmatullahi wabarookatuh
Guntur, S.Pd.SD
Komentar
Posting Komentar