DIALOG LOMBA BEKESAH PENDEKAR PUTRI TAN SERAI WANGI
PERKENALAN:
Assalamu’alaikum warohmatullahi wabarokaatuh….
Selamat pagi dan salam sejahtera.
Perkenalkan nama saya ….
Saya berasal dari SDN ….
Cerita ini saya dapat dari tulisan Bp. Guntur,S.Pd.SD, dalam buku PUTERI SERAI WANGI tahun 2020
O..Ya temen-temen?, pada tidak sabaran ya mendengar cerita ini, mari simak cerita saya….”
NARASI:
Alkisah pada zaman dahulu kala, datanglah Seorang Raja dengan perahu layarnya ke sebuah Tanjung yang saat itu bernama tanjung Datok. Ia berlayar bersama seorang gadis cantik dan sopan budi bahasanya. Konon Raja itu di ikuti oleh beberapa pengawal dan bangsawan. Ia adalah seorang Raja yang keluar dari istana karena perselisihan perebutan tahta kerajaan. Ia keluar istana karena ingin menjadi orang biasa. Ia ingin bebas dan hidup layaknya seperti rakyat jelata. Dengan berbekal benda pusaka leluhurnya dan yang di wariskan padanya yaitu Bunga Serai Wangi. Bunga itu adalah benda pusaka yang sakti mandra guna bagi penggunanya. Karena Tanjung Datok waktu itu juga ramai, maka ia melanjutkan perjalanannya menuju sungai Sambas besar dan menghulu tak tentu arah, hingga sampailah ke hulu sungai Sambas Kecil. Tepatnya di sekitar hulu sungai gunung senujuh, dan berhentilah ia di sekitar daerah itu.
O..iya teman-teman Raja itu Bernama Raja Serai atau Tan Sumur dan bergelar Ratu Kasuma Ningrat. Dan anaknya Putri Serai Wangi atau nama sebenarnya adalah Putri Tan Sari Kumala.
Raja: Pengawalku berhentikan penjajabnya. Tepat di daerah perbukitan atau mungguk itu”. Titah Raja sambil menunjuk daerah hutan yang sedikit tinggi tanahnya.
Pengawal: “Titah dijunjung Tuanku.” Sahut pengawal seraya naik ke daratan.
NARASI:
Pengawal segera menambatkan penjajabnya ke daerah daratan. Mereka naik dengan mengucapkan salam sebelum menginjakkan kaki di hutan itu.
RAJA: “Wahai pengikutku, di sinilah nantinya kita akan membuat sebuah pemukiman. Daerahnya agak tinggi dan sejuk. Serta tidak jauh dari pegunungan.
NARASI:
Kemudian mereka mulai menebas hutan itu bahu-membahu bersama-sama setelah istirahat beberapa saat. Sang Raja menebang hutan itu dengan kapak beliungnya, serta parang baduknya.Sedang pengikutnya yang lainpun juga sama. Hingga sore menjelang hutan sudah terbabat dengan rata. Dan keesokan harinya tanah-tanah sudah dibersihkan dari sampah abu bekas bakarannya.
Di hari yang 29, rumah-rumah telah berdiri, dengan satu bangunan yang megah dan rapi dari kayu Ulin dan tengkawang yang keras.
PUTRI SERAI WANGI: “Ayah, Ananda mau berkeliling dan menanam sayuran bersama dayang dan yang lainnya.” Pinta Sang Putri yang terlihat ceria.
RAJA: “Ya hati-hati Anaknda.”
NARASI:
Sang Raja terlihat sederhana, ia hidup membaur dengan rakyatnya. Ia mempersilakan setiap penduduk untuk bekerja membuat kebun dan persawahan. Akhirnya banyak tanaman yang dihasilkan. Padi-padi,tebu, coklat,kopi, lada, pala, petai, dan jengkol tersebar di pelosok desa. Tak kalah tanaman sayur juga melimpah,seperti: bayam merah, ubi jalar, singkong, talas, Keladi gannyong, serta tanaman kesukaan Raja dan Putrinya yaitu Serai Wangi.
Pengawal: “Ampun Tuanku, beribu-ribu ampun tuanku”.lapor pengawal .
NARASI:
Pengawal melaporkan akan adanya prajurit yang datang dari daerah hulu Banua Bantanan. Mereka mengundang Sang Raja Baru ke Istananya. Dan Pada hari yang telah ditentukan. Ia datang bersama putri dan beberapa pengawalnya. Ia memakai pakaian biasa halayaknya orang biasa.
Raja /NEK’: “Wahai saudaraku, apakah gerangan engkau bermukim di daerah kekuasaanku?” Tanya Raja/ Nek’.
RAJA SERAI: “Ampunkan hamba tuanku yang di junjung tinggi,hamba tiada tahu daeraah ini hamba ada penguasanya.Kalaulah di izinkan hamba siap menjadi daerah kekuasaan Tuanku Raja Nek. Segala upeti berupa hasil alam akan Hamba sembahkan.
RAJA /NEK: “Bagus, engkau mengerti sekali soal itu. Dari manakah gerangan asalmu?” Tanya Raja Nek.
RAJA SERAI: “Ampunkan hamba Tuanku, haba dari negeri seberang dan daerah tanjung Datuk Tuanku. Hamba keluar karena ingin mencari ketenangan dalam hidup jauh dari perang dan dekat deng alam serta sang Pencipta Ilahi Robbi.
Raja/NEK: “ Beta lihat engkau sepertinya dari keluarga bangsawan apakah benar itu?”
RAJA SERAI: “ Hamba Cuma orang biasa dengan beberapa pengikut dan murid saja Tuanku. Kalaulah di izinkan hamba Cuma ingin mendirikan sebuah Bantilan tempat beristirahat dan belajar mengaji Tuanku.
RAJA/NEK: “Baiklah Beta izinkan dengan segala usahamu,untuk memajukan negerimu serta memajukan negeri ini. Hubungan baik pasti akan terjaga jika kita sama-sama bekerja sama dan saling membantu dan melindungi. Apakah betul Raja Serai?” Tanya Raja bergelar Nek.
RAJA SERAI: “Benar tuanku”. Ia bersimpuh khalayaknya adab orang yang terpelajar dengan tata cara adab istana, yang menambah Raja bergelar Nek semakin kagum dan percaya.
NARASI:
Semakin hari, semakin berkembang saja pemukiman dan Bantilan Raja Serai. Dan Serai Wangi telah beranjak Remaja. Diundanglah Bantilannya untuk mengahdiri acara selamatan sekaligus pembangun rumah Istana Betang baru sang raja di daerah Banua Bantanan. Acara itu di hadiri oleh seluruh penduduk negeri dan Kerajaan kecil sekitar. Saat acara berlangsung beberapa pemuda yang gagah tidak bisa mengangkat batang Belian( Ulin) raksasa untuk kaki bagian bawah istana itu, di sebabkan ada penunggunya. Hari semakin sore namun semua pihak yang di titahkan Raja belum juga kunjung bisa memindahkan Ulin tersebut. Raja Nek Bertitah.
Raja/Nek: “Hai puak-puak yang dan pendudukku yang perkasa,kalulah ia bisa mengangkat dan memindahkan Batang Belian itu kalu laki-laki akan kuangkat menjadi saudaraku, kalau perempuan maka akan ku jadikan ia menantuku.
NARASI:
Semua puak-puak mencoba mengerahkan tenaga dan kekuatan mistisnya, tetapi malah pohon itu semakin berat. Karena raja dan Pangeran yang lain sudah juga mencoba, maka tibalah Raja Serai dan anaknya yang di harapkan.
RAJA SERAI: “Ampun tuanku yang dijunjung tinggi, apakah boleh hamba mencoba mengangkat ulin itu dan menjadi Saudara angkat Tuanku Raja Nek?” Tanya Raja Serai.
RAJA /NEK: “Silakan, Titah raja adalah Sumpah yang harus di tepati.”
Putri Serai Wangi:” Ampun Tuanku Ninek,apakah boleh hamba mencoba juga,tetapi hamba yang muda ini ingin di jadikan anak angkat saja oleh tuanku jika hamba berhasil mengangkat dan memindahkan Batang Belian tersebut?” Sembah dan saran Putri Serai Wangi.
RAJA/NEK: ”O, Boleh anakku!” titah Raja Nek yang bijaksana tersebut.
NARASI:
Dengan izin Allah, Raja Serai mampu memindahkan batang Ulin tersebut dengan membaca bismillah. Selain itu ia juga membawa bunga Serai Wangi yang merupakan benda pusaka kerajaannya. Dan Putri Serai Wangi juga mampu mengangkat Batang Ulin tersebut dengan enteng. Raja Serai yang menyaksikan putrinya juga heran dan bersyukur. Semuanya atas izin Yang Kuasa.
Akhirnya Raja yang bergelar Nek mengangkat Raja Serai menjadi saudara angkatnya dan Putrinya menjadi anak angkatnya. Dan keadaan Pemmukiman Raja Serai sudah maju dan bebas dari upeti.
Semakin hari daerah itu ramai di kunjungi. Hingga banyak kabar tersiar akan kemakmuran dan keramahan daerah Raja Serai. Dan tersiar kabar akan kecantikan dan keistimewaan Sang Putri Serai Wangi karena benda pusaka Bunga serai dari ayah dan Bunga Serai yang ia dapat pula sendir.
Pengawal: “Pengumuman-pengumuman, barang siapa yang mampu untuk mengangkat dan menancapkan tujuh batang Ulin untuk menjadi Rumah Sang Raja Serai yang baru maka akan dinikahkan dengan putri Serai Wangi”. Pengumuman berkumandang. Pengumuman itu juga tersiar sampai keluar kerajaan dan semenanjung Malaya.
NARASI:
Ramai pangeran dan raja-raja yang mencoba nasibnya. Namun semuanya belum beruntung.
Raja Hitam(wajahnya hitam belang): “o…itu kecil..aku mampu mengangkat rumah,ha..ha…ha..(Ia mencoba mengangkat), akh….ak…ak…uh….berat sekali, hampir putus lenganku.” Ia menyerah.
Raja Bertato: ”Ups…heyak….(ia mengeluarkan seluruh kekuatannya). Namun ia malah hampir ditimpa pohon Ulin yang berat itu, dan menyerah.
Pangeran Tanjung:” tenang adinda Putri Serai Wangi, Abangnda akan menikahimu,he..he..he..” ia mengangakat sebuah pohon itu dan berhasil,( semua orang bersorak gembira) baru mengangkat yang kedua ia sudah ngos-ngosan dan menyerah.
PANGERAN GEDE: “Biar abangnda yang coba ya, cah ayu, he..he..he.., ups…waduh..waduh..lumayan berat yo?” Ia mencoba dan lagi-lagi, Bim-bim..salabim…waduh, pinggangku encok” katanya tak mampu.
Ia menantang sang Putri Untuk adu otot, dan Sang Putri tersenyum. Saat Pangeran Gede menyerang dan berusaha mengangkat Sang Putri Serai Wangi, ia yang diangkat.
Pangeran Gede: “Waduh…waduh…waduh, Cah Ayu, manis, tolong-tolong turunkan abangndamu, Geli tau, cokolok…cokolok…he..he..he” Ia tertawa karena efek geli yang amat sangat karena cengkeraman dan diangakat sang Putri Serai Wangi.
NARASI: Kemudian maju juga Raja Kerdil yang terkenal jago dan mampu mengangkat benda dari jarak jauh. Ia mengangkat Batang Ulin itu dan hampir berhasil, semua mata terbelalak. Namun baru bergeser satu langkah Ulin itu jatuh teman-teman. Uh…semua kecewa. Dan semua Raja dan pangeran semua mencoba, namun tiada yang mampu mengangkat ulin-ulin berukuran 1 meter dengan panjang 10 meter. Kemudian di saksikan semua Raja dan pangeran, Putri nan cantik itu memindahkan dan menancapkan Ulin Raksasa itu untuk menjadi tiang bawah Istana Baru. Semua pulang dengan senang karena Raja Serai menjamu mereka dengan nyaman dan ramah, dengan hasil alam yang berlimpah. Dan hasil tangkapan ikan sungai yang banyak.
PUTRI SERAI WANGI: “ Terimakasih atas kedatangan Tuan-tua Raja dan Pangeran Semua, janji adalah janji, karena tiada sesiapa yang mampu mengangkat Ulin itu, jadi mohon maaf saudarku semua tiada nasiblah kita untuk bersama sebagai pasangan. Namun sebagi ucapan terimakasih dan maaf izinkanlah saya untuk mengangkat saudara Raja-Raja dan Pangeran semua sebagai Abangnda dan yang muda sebagai Adinda.
NARASI:
Semua peserta sayembara tersenyum atas kemurahan hati Sang Putri yang bijaksana dan terbuka itu. Semua lega tiada cemoohan dan hinaan di Istana Raja Serai. Dan di saksikan semua tamu, Raja Serai Mengangkat Putri Serai Wangi menjadi Penggantinya. Kerajaan itu aman sentosa dan penuh kedamaian. Hasil Alam melimpah.
Sepeninggalan ayahnya Putri Serai Wangi banyak mengabdikan dirinya pada alam,ia selalu menjaga kelestarian hutan dan tanaman. Ia selalu menanm Daun Serai Wangi. Tanaman itu ia gunakan untuk menjaga kebugaran dan kesehatannya bersama penduduk setempat. Ia mengenalkan mandi ala Raja atau Bangsawan kala itu kepada rakyatnya yaitu dengan rebusan daun serai wangi, Daun akar wangi(pucuk gangting sui), akar ilalang, Limau purut dan ramauan lain yang harum.Ramuan itu terkenal dari kaum bangsawan Sambas sampai rakyat jelata. Nantinya mandi uap itu dikenal deng Betangas.
Karena usianya yang sudah sepuh, Putri Serai Wangi banyak bertafakur(bersemedi) di Bantilannya dan mengajar anak-anak sekitar. Ia juga mendirikan tempat untuk bertafakur di akhir hayatnya dengan banyak menanam tanaman sayur di sebuah tanah barunya dengan di kelilingi sungai-sungai. Namun yang ia tanam selain serai wangi, Labu kuninglah(peranggi) yang banyak berhasil ia panen. Hingga daerah itu menjadai daerah yang berupa pulau dan banyak buah Labu kuning(peranggi). Dan konon, menurut orang Sambas jikalau ada sesiapa yang menemukan Bunga Serai Wangi, maka ia akan kuat mengangkat benda berat seperti Raja Serai dan Putri Serai Wangi.
PESAN MORAL:
Sekian cerita Putri Serai wangi dari saya. O…ya temen-temen. Pesan moral dari cerita ini adalahkita jangan jadi orang sombong bila memiliki kekuatan di berbagai bidang, baik berupa kepintaran, kekayaan, kejayaan,dan kecantiakan. Kita harus ramah dan, suka merendahkan diri, juga harus mau menolong orang lain seperti Putri Serai Wangi. Nama kalian juga pasti harum di kenal orang di seluruh dunia.
Kalu ada tandur di ladang
Bolehlah kita mengambil Jeruk Kebali
Kalua ada umur yang mendatang
Boleh kita bercerita kembali
Wassalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh…
Minggu, 7 Agustus 2022. GUNTUR, S.Pd.SD
Komentar
Posting Komentar