KOTE’ KERAMAT TUE’ DALAM LINTAS SEJARAH HARI JADI SAMBAS
SAMBAS – Dalam bekesah kali ini Neaki nak bekesah tentang Negeri Kampung Lubuk Dagang dan Negeri Sambas Umumnya. Negeri Keramat pertama zaman dahulu. Keramat artinya negeri ini penuh dengan keistimewaan dan berkah sejak dahulunya. Kampung Dagang sekarang dikenal dengan nama Desa Lubuk Dagang. Minggu, (15/7/2022).
Lubuk Dagang ini desa yang memang dahulunya kita kenal dengan nama Lubuk Dagang, dan jauh sebelumnya kita kenal dengan nama Lubuk Madong. Negeri Lubuk Madong ini mengisahkan nantinya Desa pecahannya Lubuk Laggak, Lubuk Madong, Lubuk Dagang. Hingga menjadi Desa saat itu Desa Dagang Barat, Desa Dagang Timur, Desa Lubuk Laggak, dan Desa Sebenuak. Sedang Desa Lubuk Madung Sepi tak berpenghuni. Mengapa ya?. Desa zaman dahulunya dipimpin oleh Datok Petinggi. Kita bahas kali ini.
Alkisah bahwa di sebuah negeri Berunai bertahta saat itu Yang Mulia Sultan Abdul Jalil Akbar dan ia mempunyai saudara tengah Bernama Raja Tengah. Mereka adalah anak Sultan Muhammad Hasan.
Dalam pemerintahan di negeri Berunai seharusnya adalah anak dari Sultan yang mana ia menikah saat menjadi Sultan. Maka tersebutlah Raja Tengah hasil pernikahan Yang Mulia Sultan Kala itu. Maka untuk menjalin rasa keharmonisan, maka abangdanya yang menjabat sebagai Sultan kala itu, menitahkan Sultan Raja Tengah untuk menjadi Sultan di negeri Serawak. Ia bergelar Sultan Ibrahim Ali Omar Shah.
Dalam pemerintahannya negeri sangat aman dan Makmur. Ia memerintah dengan kelembutan hati. Dalam suatu hari ia melakukan perjalanan atau pelayaran ke negeri Johor tempat Ibundanya. Maka setelah ia pulang dari Johor, kapal layarnya terhempas angin dan ombak yang kuat, hingga kapal layar yang ia tumpangi tersasar ke negeri Sukadana Kalimantan Barat.
Dengan rasa tegar ia pun meminta izin untuk tinggal di negeri itu. Hingga ia bertemu dengan seorang ulama yang bernama Syekh Samsuddin yang merupakan ulama dari Mekkah penyebar Islam di Sukadana. Karena itikad baik dan akhlak yang baik pula, maka ia dinikahkan dengan Ratu Surya Kusuma binti Panembahan Barus. Raja Tengah dinikahkan oleh Abang iparnya Panembahan Giri Mustika yang bergelar Sultan Muhammad Syaifuddin. Raja Tengah pun mempunyai anak lima orang. Mereka adalah Raden Sulaiman, Raden Badaruddin, Raden Abdul Wahab, Raden Rasymi, dan Raden Ratnawati.(Ansyar Rahman,dkk, 2001: 31).
Beberapa lama di Sukadana Raja Tengah memohon izin untuk melanjutkan perjalanannya ke negeri Sambas. Ia mendengar kabar dari Ratu Bonda di Johor bahwa di negeri Sambas terkenal dengan emasnya seperti di daerah Siminis, Sibawi, Silawbat(Selobat), Lala Lumarbengkayang, Sibalo, dan menterado. Juga terkenal adanya Pasak Bumi(Pidara Putih), dan Tanaman Entenet yang merupakan obat kuat lelaki zaman itu. (Djalaloeddin Datok Ronggo,1991:19).
Maka berlayarlah ia ke Sambas. Raja Tengah menetap di Muara Tebangun atau kita kenal dengan Kota Bangun. Ia mendirikan sebuah Surau untuk menunaikan sholat lima waktu di Kota Bangun. Ia menyebarkan agama Islam disana. Karena tersebarnya berita akan ramainya para pemukin di kota Bangun, maka kota lama yang kala itu di pimpin oleh Ratu Anom Kusuma Yudha, maka terjalinlah hubungan kerjasama dan ikatan baik.
Maka Raja Tengahpun meminang anak Ratu Sepudak yang merupakan adik Ipar Ratu Anom Kusuma Yudha yang Bernama Putri Mas Ayu Bungsu untuk dinikahkan dengan Raden Sulaiman. Maka lama-kelamaan karena kepercayaan dan rasa kagum Ratu Anom dengan Raden Sulaiman, maka diangkatlah ia menjadi Wasir 2 yang bertugas dalam bidang urusan dalam dan luar negeri, dan Ibadah kerajaan. Sedangkan yang menjadi wasir 1 saat itu adalah Pangeran Arya Mangkurat bertugas sebagai perbendaharaan dan sebagai wakil Raja jika raja berhalangan atau sakit.
Terjadilah perselisihan anatara wasir 1 dan wasir 2 tadi yaitu antara Pangeran Arya Mangkurat dan Raden Sulaiman hingga terbunuhnya orang kepercayaan Raden Sulaiman yaitu Kiyai Setia Bakti. Karena tiada titik terang permasalahan dan menimbulkan kegaduhan di kalangan kerajaan, maka Raden Sulaiman mengalah dan berpamitan keluar Istana Kota Lama. Ia menyusuri sungai Sambas Besar dan menetap Kembali di Kota Bangun. Karena hal ini di ketahui petinggi Nagur, dan Petinggi Bantilan, hingga mereka semakin ramai menetap di sana. Akhirnya kota lama lenggang atau sepi karena keadaan semakin parah, Pangeran Arya Mangkurat semakin merajalela dan semena-mena dengan rakyat dan Ratu Anom kecewa.
Ratu Anom pun menyusul Raden Sulaiman dan menghadiahkan sejumlah peralatan istana beserta Meriam pusaka Kerajaan Kota Lama Ratu Anom Kusuma Yudha.
Meriam itu kita kenal dengan Meriam Lele. Meriam itu Bernama:
1. Meriam Kecil berbuntut Panjang di sebut Raden Samber
2. Meriam Lele bentuknya pendek tidak berbuntut Bernama Raden Amas.
3. Meriam Lele bentuknya paling kecil dan tidak pula berbuntut di sebut Raden Kajang.
Setelah itu Ratu Anom Kusuma Yudha atau orang Selakau mengenalnya Tan Anom Kusuma Yudha, menyusuri Laut Cina Selatan dan menuju Muara Sungai Selakau hingga menghulu. Ia sempat bertambat di sebuah pangkalan teluk sungai Pangkalan Bemban) sebagai tempat istirahat beberapa waktu hingga daerah itu ramai dan didatangi oleh para pedagang. Daerah itu nanatiunya menjadi cikal Bakal Pasar Lama Selakau. Dan ramai penduduk yang berdomisili di sekitar wilayah itu termasuk orang Arab dan Cina sebagai pedagang. Hingga terdapat di daerah itu Bantunai(daerah rawa) sebutan dalam Bahasa mereka. Dan Ratu Anom terus menghulu dan mendirikan kerajaan Kote Balai Pinang.
Kisah Raden Sulaiman yang kita bahas ini, Raden Sulaiman sempat mendirikan pemukiman di daerah kota Bangun dan marimba dan menebas hutan, namun wilayah itu lecet dan berair asin. Hingga mereka berpindah tempat ke Kota Bandir. Daerah yang ditinggalkan itu di sebut Kota Tebas.
setelah bermusyawarah dengan petingi Nagur dan Petinggi Bantialan, serta Petinggi Segerunding, maka berpindahlah Raden Sulaiman dan para keluarganya menyusuri Sungai Sambas Kecil menuju Kota Bandir. Ia membangun pemukiman di daerah itu selama 3 tahun lamanya sekitar tahun 1628 M.
Dan Raden Sulaiman beserta kerabat dan pengikutnya pindah Kembali dan menetap di sebuah negeri yang aman dan sejuk menyusuri sungai Sambas Kecil tepatnya di Negeri Lubuk Madong. Dan ramilah para pendatang yang berdiam dari kota Bandir ke Wilayah Lubuk Madong. Mereka pindah menggunakan rakit-rakit yang mereka tinggali dan beratap daun sagu dan nipah, yang di sebut orang Sambas kala itu lanting.
Pada tanggal 10 Dzulhijjah 1040 H bertepatan dengan 9 Juli 1631 M maka segala petinggi, Kiyai, Tua , mama, Menteri, sida-sida, Sukelwa jaga, para pakar negeri, dan pendekar mengangkat Raden Sulaiman sebagai Sultan mereka dengan Gelar Sultan Muhammad Syafi’uddin I(mengikuti gelar saudara ibunya di Sukadana). Saudaranya Raden Badaruddin diangkat menjadi Pangeran Bendahara Seri Maharaja, dan Raden Abdul Wahab diangkat menjadi Pangeran Temenggung Jaya Kesuma.
Di manakah Lubuk Madung ini?. Mungkin Sebagian masih penasaran. Lubuk Madung tepat di hulu simpang Tiga Muara Ulakan. Sungai Sambas kecil mempunyai dua anak sungai yaitu Sungai Subah dan Sungai Teberau. Hulu Sungai Teberau inilah nantinya kita akan menemukan sebuah Lubuk yang merupakan daerah kerajaan Raden Sulaiman yaitu Lubuk Madong. Dan hulunya nanti ada sebuah Desa Lubuk Legak. Di daerah ini masih dapat kita temukan bekas tapak makam keluarga istana Lubuk Madong. Mereka berasal dari kaum kerabat Raden Sulaiman dari Berunai, Sukadana, dan makam datok petinggi dan para menterinya. Daerah ini di namai wilayah makam kerabat Berunai. Daerah ini memang merupakan daerah keramat dan daerah yang penuh misteriyang tersimpan. Dari cerrita masyarakat Lubuk Legak, di daerah itu terdapat makam kaca yang berada sekitar tepian sungai Lubuk Madong, yang hanya dapat terlihat oleh orang tertentu saja. Daerah inilah yang sering di keramatkan warga. Keramat Tua itulah nama untuk julukan desa Lubuk Madong. Wilayah ini ditinggalkan penghuninya dan terpecah menjadi daerah Lubuk Legak dan Kampong Dagang( Dusun Dagang Timur dan Dusun Dagang Barat). Daerah itu dipimpin oleh Datok Petinggi yang diangkat oleh Sultan hingga seterusnya. Hingga di ketahui daerah ini menjadi satu dan menjadi desa Lubuk Dagang. Wilayah ini memecah daerah Dusun Sebenua, Dusun Dagang Timur, Dusun Dagang Barat, dan Dusun Lubuk Legak.
Adapun Petinggi dari Kampong Dagang sebelumnya adalah Awang Nasir dan diteruskan oleh Abdurrajak Gelar Datok Petinggi ini berlangsung sekitar 1930 M- 1965 M. Dan masa kepemimpinan berubah menjadi kepala Kampong seperti kita mengenal tokoh lama dari pemerintah desa Lubuk dagang ada yang Bernama Muhyi Ja’far, Sedangkan dari daerah Luubuk Legak kepala kampongnya adalah Matsah, Zakarya, Durani, Hifni, dan Zakarya. Setelah itu sekitar tahun 1988 M, desa ini bersatu dengan menjadi Desa Lubuk Dagang dan Kepala Kampongnya adalah Syirwan Fachruddin.
Pada 1668 M Raden Bima bergelar Sultan Muhammad Tajuddin memindahkan istananya ke Muara Ulakan atas persetujuan ayahndanya Sri Sultan Muhammad Syafiuddin I.
Hari jadi kota Sambas yang kita peringati sekarang ini adalah dimulai dari pengangkatan Raden Sulaiman menjadi Sultan Muhammada Syafiuddin I di Lubuk Madong. Pada tanggal 10 Dzulhijjah 1040 H bertepatan dengan 9 Juli 1631 M. Dan berumurlah kota Sambas kita 391 tahun sekarang ini. Dan diperingati setiap tahunnya pada tanggal 9 Juli. Tahun ini jatuh pada Sabtu, 9 Juli 2022.
Sedangkan umur perpindahan kota Kabupaten Sambas ialah 23 tahun terhitung pada 15 Juli 1999 M. Dan diperingati setiap tanggal 15 Juli. Ini berdasarkan keputusan uu no 10 tahun 1999 bahwa perpindahan kota Kabupaten Sambas dari Singkawang Ke daerah Sambas adalah 15 Juli 1999. Dan Keputusan Bupati no 320 A th 1999 ditetapkan perpindahan Kabupaten Sambas 15 Juli 1999. Hinga sekarang kita memperingati hari jadi kota Kabupaten Sambas sekitar 23 tahun. Dan diperingati setiap tanggal 15 Juli. Yang sekarang jatuh pada Jum’at, 15 Juli 2022.
Melalui kegiatan sedekah takjil ini, diharapkan mampu melahirkan para donator yang beriman, bertaqwa dan empati.
Karyawan Bank Syariah yang seyogyanya adalah orang yang sibuk dengan kegiatannya, namun mampu memberikan edukasi masyarakat sekitar untuk melatih sedekah di bulan Ramadhan hingga berakhirnya bulan seribu bulan ini.(GUN).
Komentar
Posting Komentar