TRADISI MAGANG ALA SAMBAS SAMBUT KEMENANGAN
Kemasihsambas.blog.com– Tradisi magang di Sambas dari dahulu hingga tetap lestari. Di Sambas Magang dilakukan oleh orang Melayu. Melayu identik dengan penduduk yang beragama Islam. Baik itu penduduk yang Muallaf berbangsa asing atau bersuku lainnya, bila beragama Islam maka penduduk Sambas memanggilnya orang Melayu. Minggu,(1/5/2022).
Hari Magang khususnya di Sambas dan umumnya di Kalimantan Barat bahkan di Indonesia, merupakan hari menyambut kemenangan orang Islam dalam menandai awal dan berakhirnya suatu momen Ramadhan. Magang juga diartikan suatu kegiatan penduduk Sambas Khususnya dalam meriahkan Ramadhan, baik menyambutnya atau mengakhirinya( menjelang menayambut hari Raya). Bahan pokok yang dipersiapkan dalam hari Magang adalah daging hewan yang di syariatkan halal dalam Islam. Daging yang diburu di Sambas adalah daging Sapi, daging ayam. dan daging itik, dan beberapa penduduk Sambas juga Magang Ikan dan sejenisnya. Tradisi ini tidak diketahui kapan bermulanya. Namun menurut tutur lisan masyarakat Sambas Umumnya, Maggang ini terjadi karena usaha dan persiapan orang melayu zaman dahulu( Sambas: Ge’ marek’) untuk mempoersiapakan makanan menyambut hari besar Islam. Maggang di Sambas mengikut bahasanya adalah ”maggang” atau memegang.
Ada sapaan. “Ape yang dipaggang esok Raye’ oi Long…?”
“Isok Maggang Sapilah”.
“O.. Saye maggang ayam jaklah biar motongnye’ di rumah”.
Dari sapaan itu maka asal kata Maggang itu dapat juga kita kenal di Sambas adalah Maggang atau memegang hewan sembelihan atau hewan sebagai bahan persiapan memasak menyambut hari besar.
Hari Magang di Sambas dibagi menjadi dua momen hari besar yaitu hari Magang menyambut Ramadhan dan Hari Magang menyambut Hari Raya Islam.
1. Hari magang menyambut Ramadhan.
Hari Magang menyambut bulan suci Ramadhan bagi umat Islam Khususnya Melayu Sambas adalah membeli perlengkapan bahan makanan dan perlengkapan memasak. Di Sambas hari Magang(Sambas: Maggang dialek Melayu Sambas identik dengan Tasydid atau menyebutkan kata berganda sesuai hukum baca Al Qur’an). Hari Magang atau Maggang Ramadhan disemarakkan penduduk Melayu Sambas untuk menjamu keluarga dalam acara makan bersama-sama(Sambas: Saprah) atau makan resepsi setiap menyambut Ramadhan. Kesuka citaan mereka adalah wujud ketaatan mereka kepada Allah SWT. Maggang Juga merupakan ajang silaturahmi dan sedekah, serta kegiatan mempersiapkan diri mereka dalam menyambut bulan puasa atau yang pada saat menjelang subuh mereka mengadakan Sahur.
2. Hari Magang Lebaran
Hari Magang menyambut Lebaran juga dibagi menjadi dua momen besar yaitu Magang menyambut hari Raya Idul Fitri dan hari Magang menyambut hari Raya Idul Adha. Kedua hari besar ini atau yang kita sebut hari kemenangan disambut juga dengan kegiatan mengumpulkan makanan dan meramunya menjadi sebuah masakan yang aduhai enak. Mereka mempersiapkan menu special Lebaran untuk disantap pada pagi hari raya Idul Fitri dan Hari Raya Idul Adha. Makanan yang telah dibuat pada momen menjelang Magang akan di santap bersama keluarga dan handai taulan.
Ada sedikit perbedaaan juga pada acara bersantap momen hari raya ini. Pada saat makanan yang telah dibuat pada hari raya Idul Fitri, sebelum berangkat Sholat Idul Fitri, orang Melayu Sambas khususnya di Sunnahkan menyantap makanan. Dan saat berangkat Sholat Idul Adha mereka di sunnahkan tidak makan dulu. Setelah pulang dari Sholat Id( Idul Fitri dan Idul Adha) mereka baru makan bersama dan menjamu para tetangga dan handai taulan saat berkunjung ke rumah mereka masing-masing.
Adapun makanan yang dibuat masyarakat Melayu Sambas saat momen ini adalah masakan Rendang, Semur, Opor, Kari pedas,Pindang, Sambal Kacang, Masak Sup, dan masakan Tumis, aneka masakan gorengan, Bakso sayur dan hidangan bersama lontong ketupat atau nasi putih.
Kegiatan Magang ini sebenarnya menunjukkan ketaatan warga Sambas dalam menyambut hari keagamaan Islam. Mereka mempersiapkan diri dan bahan makanan adalah sebagai rasa suka dan cinta pada agama Islam. Ketaatan mereka menunjukkan itikad yang baik. Dari momen Magang( Maggang) mereka dapat menunjukkan rasa ketaqwaan mereka, menunjukkan rasa peduli mereka pada orang lain, menunjukkan pengamalan untuk berbagi atau sedekah, dan rasa syukur mereka pada sang pencipta Allah Subhana Wata’ala. Guntur, S. Pd.SD
Komentar
Posting Komentar