SAMBAS – Besurong adalah salah satu budaya yang mengakar di Masyarakat Sambas. Budaya ini berkembang hingga sekarang. Besurong dalam pengertian Bahasa daerah penduduk Melayu Sambas adalah tata cara menghidangkan makanan lengkap dengan menggunakan pinggan sebagai wadah nasi makan dan piring saprahan sebagai wadah lauk-pauk sajian dengan perlengkapan tempat air kobokan(air basuh tangan), Barreng atau Jallok untuk wadah nasi, dan seperangkat gelas air minum dengan jumlah 6 buah. Barreng yang kite kenal dengan baskom ini berisi nasi dengan sendok besarnya. Biasanya ditambahkan sebaskom lagi nasi tambah dengan taburan bawang merah goreng. Pasukan bersurong atau disebut Pesurong terdiri atas 5 atau terkadang 6 orang. Pesurong ini membawa hidangan dengan berurutan dan busana rapi. Laki-laki memakai pakaian teluk belanga lengkap dengan kopiah atau tanjak, sabok dan kaos kaki. Adapun urutan pembawa jamuan itu adalah. 1) Air Basuh Tangan(air kobokan) 2) Pinggan. 3) Nasi putih. 4) Lauk pauk. 5) Air Minum 6) kue-mue. Kondisi disesuaikan dengan keadaan dan kesepakatan dalam anggota pesurong. Susunan makanan ini pun berurutan dalam talam besar yaitu talam lauk-pauk. Diantaranya: Daging Sapi di sisi kanan depan, Daging ayam disisi kiri depan, lalu bervariasi urutan berikutnya seperti telur(telur asin, telur masak putih, telur dadar dll), sup/berkuah(sup sapi, sop mie bakso, sop ayam, soto ayam dll), Acar mentimun dan nenas atau pacri nenas, sambal kentang, ayam goreng atau ikan goreng plus sambal belacan dangan lalapnya. Makanan dalam hidangan ini kadang berjumlah lima(5), enam(6), tujuh(7), tergantung kesanggupan dan jamuan tuan rumah.
Semuanyanmengandung filosofi yang baik, dan merupakan adat dan tradisi yang terbangun atas kesadaran ingin menjamu dan bersedekah kepada tetangga atau handai taulan(keluarga) atau teman-teman atau tokoh Masyarakat sekitarnya. Angaka 5 dalam hubungannya dikaitkan dengan rukun Islam, angka 6 dikaitkan dengan hubungannya dengan rukun Iman, dan angka 7 dikaitkan dengan tingkatan lapisan langit dalm islam dan angka ganjil yang bernilai baik. Dalam intinya adalah kegemaran menjamu tamu dan bersedekah. Apalagi jamuan ini dalam acara pesta pernikahan, syukuran, dan Aqiqah. Tuan rumah yang punya hajat bersuka ria dalam acara ini dan senang hajatnya atau undangannya dipenuhi.
Pesurong ini berjalan dengan sopan, rapi, dan urutan duduk yangberselang-seling. Mereka duduk dengan duduk tasyahud awal denagn agak mengangkat lutut. Terlihat sepaerti pendekar yang bersimpuh menghadap raja. Inilah gaya yang ditunjukkan grub pesurong untuk menghargai tamu-tamu tuan rumah. Mereka layaknya raja majlis. Ibarat pepatah “Tamu adalah Raja”. Inilah Gambaran keadaannya. Sedang Pengantin adalah raja sehari. Penjamu acra ini adalah tuan empunya acara. Banyak lagi versi bersurong dan tata cara menjamu atau urutannya. Semuanya disesuaikan kondisi daerah masing-masing. Inilah kekayaan budaya Sambas. Guntur, S.Pd. SD.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

RAJE’ KEMPONAN

MENGUAK KISAH MISTERI MAKAM RAJA TAN TIMBUL PASEBAN

RAJA SAMBAS TERTUA DENGAN BUKTI OTENTIK