JIHARKAH PUTRI KENANGA
Cuaca cerah malam Jum’at ini. Senyum sumringah para penonton menyaksikan merdunya senandung dari lirik Al Qur’an.
Musabaqoh Tilawatil Qur’an yang diadakan tiap tahunnya memang mengundang banyak peserta untuk menguji sejauh mana tingkat kemahiran membaca Al Qur’an.
Namun yang lebih pentingnya adalah mengukur kemampuan mereka dalam membaca Al Qur’an mencakup semua aspek ilmu Al Qur’an.
Seorang Pemuda yang berbaju kemeja biru laut dengan celana panjang Begi menonton dan menyaksikan acara itu.
Wajahnya penuh keseriusan menyaksikan dan menyimak ayat demi ayat dari peserta yang menyampaikan Kalam Ilahi.
Dua orang Santri tertegun dengan mendengar lantunan Ayat Al Qur’an.
Mereka menyimak dan takjub dengan langgam Bayyati yang lembut dan meliuk-liuk serta langgam Nahawand yang sedih serta syahdu.
Seorang Santri berkerudung putih keunguan dengan busana putih awan terdiam tiada komentar. Sedang seorang santri yang bercadar hitam dengan gaun Putih berlis biru navi mengomentari tajwid dan langgam Bayyati dari persembahan seorang santri wati yang baru tampil. Dari awal hingga selesai ia selalu memberikan tanggapannya.
”Banyak Komentar ya, Kenanga?” tanya sobatnya.
”Ehe...!” maksudnya apa?” tuturnya.
” Kenapa tidak ikutan?”
”Masih anak bawang Tifah!”
”Tifah,..Tifah, sorry ye..., nama Ane Nur Latifatul Qalbi, tau!”
” Yuy...keren”
”Yo i, e... Kak Kenanga alias Mbak Ji”, Afwan, Jiharkah merah merona, he..he”. Sebut Latifah dengan nada sedikit membully.
Percakapan mereka terhenti ketika mendengar suara lirih dari samping kiri seorang pemuda berbaju kemeja putih pendek dengan peci hitam dan celana Jeans bergaya Begi.
Sembari mendengar seorang pemuda di samping mereka yang mengikuti lantunan langgam Shoba dan berganti nada lainnya mereka tertegun. Sedikit kesal, seakan ia juga seolah pandai dalam seni baca Al Qur’an. Dari penampilan seperti pemuda selengehan. Berpakaian bebas namun rapi.
Suasana mulai terasa lebih terasa larut, pukul 21.00 dari terlihat dari jam tangan hitam bersepuh emas gold. Cuaca cerah namun terasa dingin. Di atas pentas seni nampak terang dan berhias indah berdekor seni Kaligrafi indah. Suara penonton serentak menyebut nama Asma” Allah”.
Terdengan gabungan langgam Tilawah dari Qori terdengar bergantian. Diawali Bayyati, Shoba, Hijjaz, Nahawand, Rast, Jiharkah, bahkan Sikah, menambah dinamika yang indah bacaan Al Qur’an malam itu.
Terlihat Qori itu adalah pemuda yang berada di samping Jiharkah Putri Kenanga dan temannya Nur Latifatul Qalbi.
”Jiharkah siapa ya?, Qori itu?” tanya Latifah.
”O…iya, bukankah dia...!” sembari menebak.
”Mangkanya Kak Kenangaku jangan melihat penampilan Lho, dosa tahu, he...he...”
”Sitts, diam sebentar ya Kak Tifah!”
” Jiye... lagi menjadi juri ni..., juri em..em...em...” tambah Latifah mencoba membully temannya.
“Setiap orang punya gaya penampilan masing-masing. Itu adalah pakaian luarnya. Jika saatnya berubah itu adalah anugerah. Suatu tanggapan positif adalah hal yang terbaik. Ingat ”Aku sesuai dengan persangkaan hamba pada-Ku”. (HR. Bukhari dan Muslim).
Berprasangka baik dan positif adalah jalan kita menuju kejernihan hati.
Maka berprasangka baiklah pada sesama seperti engkau mendo’akan musuhmu menjadi teman baikmu.
Jika kita menjernihkan hati, maka jernihkanlah hatimu seperti Qalbimu dingin seperti salju, mengangap sesuatu adalah pembelajaran agar tenang dan tentram dalam setiap langkahmu.
Itulah anggapan baik dan positif.
GUNTUR KEMASIH ASSAMBASI
Komentar
Posting Komentar